INTERVENSI KISIS
I.
PENGERTIAN
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan
oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman
bagi individu. Krisis terjadi jika
seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting, dan
tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah
(koping) yang biasa digunakan.
(koping) yang biasa digunakan.
Krisis mempunyai keterbatasan waktu
dan konflik berat yang ditunjukan menyebabkan peningkatan ansietas. Konsep
krisis sering diasosiasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan biasanya
tidak berkaitan dengan sakit, di sisi lain konsep stress sring dihubunkan
dengan konotasi negative atau resiko tinggi untuk sakit (Rapoport dalam Antai
Otong,1995)
Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative
baru dalam mencegah gangguan jiwa dengan focus pada penemuan kasus secara dini
dan mencegah dampak lebih jauh dari stress (Caplain
dan Ontong,1995), hal ini
dilaksanakan dengan kerja sama lintas sektoral dan interdisiplin dalam mencegah
dan meningkatkan kesehatan mental.
Menurut Psychoanalytical
Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons dan
maladaptive usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari anak
tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya kematangan dalam pola
koping yang digunakan. Konflik-konflik masa lalu anak yang tidak selesai atau
belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah dewasanya.
Pertimbangan
Umum
1. krisis
terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain
2. Krisis
tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus pertumbuhan dan
pembelajaran.
3. Krisis
sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi dengan satu atau lain
cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6 minggu). Penyelesaian krisis dapat
dikatakan berhasil bila fungsi kembali pulih atau ditingkatkan melalui
pembelajaran baru. Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak
kembali pulih ke tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami penurunan
tingkat fungsional.
4. Persepsi
individu terhadap masalah yang dihadapi dapat menentukan krisis. Setiap
individu memiliki respons yang unik terhadap masalah yang dialaminya.
5. Faktor
penyeimbang merupakan hal yang penting dalam memprediksi hasil dari respons
individu terhadap krisis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai
prediktor hasil yang baik (Aguilera, 1998).
- Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.
- Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut.
- Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.
- Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.
- Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut.
- Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.
Caplain menjelaskan
tentang 3 (tiga) criteria agar seseorang mampu kembali pada keadaan adaptif
dari krisis:
- Kemampuan
untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi.
- Kemampuan
menggunakan koping yang adaptif
- Kemampuan
untuk memelihara reality testig
dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.
4.
Kualitas
dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan 1961) :
1. Kemampuan
seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta mempertahankan keseimbangan.
2. Kemampuan
mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan problem.
3. Kemampuan
untuk mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan social.
Krisis terjadi
melalui empat fase :
Fase
I : Ansietas meningkat sehingga muncul
stimulus individu untuk menggunakan koping
yang biasa dipakai.
Fase
II : Ansietas lebih meningkat karena
koping yang digunakan gagal.
Fase III : Individu berusaha mencari koping baru,
memerlukan bantuan orang lain.
Fase
IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan adanya disorganisasi psikologis.
TIPE –
TIPE KRISIS
1.Krisis.Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu
periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan
psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua,
menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang
dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat
penerimaan orang lain terhadap peran baru.
2. Krisis Situasi
2. Krisis Situasi
Krisis situasi terjadi apabila
keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu kejadian yang spesifik,
seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan
di luar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai,kegagalan,disekolah.
3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
Krisis ini disebabkan oleh suatu
kejadian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.
II.
PENYEBAB
a.
Factor
predisposisi
- keberhasilan
seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-fase tumbuh kembang akan
mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya.
Setiap fase, individu mengalami krisis yang lazim di sebut krisis maturasi.
- Pembagian
fase tumbuh kembang menurut Sigmind
Freund dari faese oral, anal, falik, dan pubertas.
- Krisis maturasi terjadi dalam suatu
periode tramsisi yang dapat menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa
pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia.
- Krisis maturasi memerlukan peruahan
peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber
interpersonal dan tingkat penerimaa orang lain terhadap peran baru..
b.
Factor
Presipitasi
1. Mengidentifikasi fator pencetus,
termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya:
-
Kehilangan
orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim di sebut krisis
situasi
-
Kehilangan
biopsikososial, seperti: kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi,
sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan
melihat, dsb.
-
Kehilangan
milik pribadi misalnya: kehilangan harta benda, rumah kena gusur,dsb.
-
Ancaman
kehilangan misalnya: anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat
dengan pasangan hidup.
2. Mengidentifikasi persepsi klien terhadap
kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis,
termasuk pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
-
Apa/arti
makna kejadian terhadap hidup
-
Pengaruh
kejadian terhadap masa depan
-
Apakah
individu memandang kejadian tersebut secara realistic
3. Mengidentifikasi
sifat dan kekuatan system pendukung
Meliputi keluarga, sahabat, dan orang penting bagi
klienyang mungkin dapat membantu:
-
Dengan
siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
-
Apakah
punya teman tempat mengeluh
-
Apakah
bias menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga.
-
Apakah
ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan.
-
Apakah
mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yan hilang
4. Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme
koping yang lalu termasuk startegi koping yang berhasil dan tidak berhasil
-
Apakah
yang bisa dilakukan dalam memgatasi masalah yang dihadapi.
-
Cara
apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat
menyebabkan kegagalan tersebut.
-
Apa
saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi maslah sekarang.
-
Apakah
suka mengikuti latihan olahraga untuk mengatasi ketegangan,
-
Apakah
mencetuskan perassannya dengan menangis.
c.
Mekanisme
koping
Mekanisme
koping menggambarkan upaya klien untuk mengatasi ansietas yang di timbulkan
oleh penyakit fisik. Ada 4 mekanisme koping yang sering di gunakan klien yaitu
: pengingkaran, regresi, represi dan kompensasi. Klien cenderung menggunakan
koping yang berarti banginya termasuk mencari informasi, menyendiri atau
melakukan hobinya.
d.
Perilaku
Berapa gejala yang sering
ditunjukan oleh individu dalam keadaan krisis:
1.
Perassan
tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri
sendiri/ orang lain
2.
Perasaan
di asingkan
3.
Kadang-
kadangmenunjukan gejala somatic
e.
Rentang
Respons
Manusia adalah mahluk yang paling
unik dan utuh yang terdiri dari: bio-psikososial-spiritual.dalam
keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada dalam
keadaan seimbang. Dalam kehidupan, sepanjang periode tumbuh kembang individu
akan menghadapi kejadian yang menegangkan, untuk ini individu akan berespons.
Respons individu tersebut dapat dipelajari dalam konsep stress dan adaptasi.
Konsep tersebut dalam respons adaptif
dan maladaptive. Apabila individu tidak siap menghadapi kejadian yang
menegangakan disebabkan: persepsi individu terhadap kejadian yang menyimpang, dukungan
situasi yang kurang, mekanisme koping yang dimiliki individu tidak sehat,
menyebabkan keadaan yang tidak seimbang, kondisi ini dinamakan individu dalam
kondisi krisis. Pada bagan berikut dapat dipelajari lebih lanjut:
SKEMA
I: POSES TERJADINYA KRISIS
A.
Faktor
pengimbang yg ada B. Tidak ada satu
atau
Lebih faktor
pengimbang
|
|
DDDDDDDD
|
|||
|
|||
Konsep homeostatis erat sekali kaitannya dengan krisis
, untuk sampai pada situasi krisis ada 3 (tiga) komponen penting yang berkaitan
yaitu: persepsi terhadap stressor, sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan
dan koping yang digunakan. Pada saat seseorang menghadapi kematian orang tuanya
mungkin ia bisa mempersepsikan secara positif atau negative. Persepsi yang
positif misalnya: “ semua orang akan meninggal, kini saatnya saya menjadi anak
yang saleh…”, persepsi yang negative misalnya: “ sejak oan tua saya meninggal
saya sangat menderita, tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hati, tak ada
tempat mengadu, kesulitan ekonomi dan kesepian, ini memang ujian yang sangat
berat bagi saya ..”. sumber support bisa berupa saudara yang baik, kendaraan,
tabungan, buku-buku, kegiatan ceramah yang biasa diikuti, teman curhat ,
pendidikan, pelatihan, dsb. Koping bias berupa denial, kompensasi, regresi, sublimasi,
supresi, proyeksi, dsb
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRISIS
A. PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
- Identifikasi
kejadian pencetus dam situasi krisis
- Tentukan
persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang
terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami
klien.
- Tentukan
faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki
persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan
situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual,
dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.
- Identifikasi
kelebihan klien
- Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi
individu terhadap hal yang terjadi (realistik atau terdistorsi)
- Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala
kognitif atau emosional atas apa yang terjadi.
- Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku
Anda yang biasanya? = Gejala fisik, prilaku
- Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan
kejadian ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping
pada saat itu ?
= Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan
koping yang digunakan
- Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan
individu atas kelebihannya
- Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung
Anda?
= Sistem pendukung dalam hidup Anda
·
Apa yang telah Anda
coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam
situasi saat ini.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Analisis
1. Analisis
a)
Analisis persepsi unik klien terhadap krisis
dan kejadian pencetusnya.
b)
Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan
tingkat dukungan pribadi, sosial dan lingkungan klien.
c)
Analisis sejauh mana orang lain
terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan kerja sosial, dan
masyarakat.
2. Diagnosis
Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien,
keluarga, masyarakart, atau gabungan dari itu, termasuk, namun tidak terbatas
pada yang berikut ini :
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
c. Koping komunitas tidak efektif
d. Koping individu tidak efektif
e. Penyangkalan tidak efektif
f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g. Disfungsi berduka
h. Respon pasca trauma
i. Ketidakberdayaan
j. Sindrom trauma perkosaan
k. Perubahan kinerja peran
l. Distres spiritual
m. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
c. Koping komunitas tidak efektif
d. Koping individu tidak efektif
e. Penyangkalan tidak efektif
f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g. Disfungsi berduka
h. Respon pasca trauma
i. Ketidakberdayaan
j. Sindrom trauma perkosaan
k. Perubahan kinerja peran
l. Distres spiritual
m. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
C. PERENCANAAN DAN IDENTIFIKASI HASIL
1. Bantu
klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan
jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis.
2.Tentukan kriteria hasil yang diinginkan
untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dari itu. Individu yang
mengalami krisis akan :
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
TEKNIK INTERVENSI
KRISIS
Teknik
|
definisi
|
Contoh
|
Ventilasi
(pengungkapan perasaan)
|
Ventilasi
perasaan yang dilakukan secara verbal saat klien menceritakan kembali tentang
hal yang membangkitkan emosi
|
Mengijinkan
klien untuk menangis dengan melihat segi positif dari pelepasan emosi. Mengajukan
pertannyaan terbuka untuk mendorong klien mengungkapkan perasaannya, misal:
ceritakan kepada saya perasaan anda sejak anda kehilangan pekerjaan.
|
klarifikasi
|
Membantu
kien mengungkapkan perasaannya akan memperjelas hubungan dgn kejadian yang
terjadi di dalam hidupnya
|
Saya
perhatikan bahwa setelah anda berdebat dengan suami, anda menjadi sakit dan
tidak dapat turun dari tempat tidur, apakah memang demikian?
|
saran
|
Suatu
proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau menerima ide-ide / keyakinan
bahwa perawat dapat membantu mereka untuk memecahkan masalahnya
|
Banyak
orang lain menemukan bahwa, bicara dengan orang lain sangat menolong mengatasi
masalahnya, dan saya pikir andapun bisa.
|
manipulasi
|
Memanfaatkan
emosi, keinginan serta nilai-nilai klien untuk proses terapi.
|
Tampaknya
anda berhasil dalam pernikahan anda, dan saya pikir anda dapat mengatasi
masalah ini serta mempunyai hubungan yang lebuh erat lagi
|
Menguatkan
perilaku
|
Member
klien respon yang positif terhadap
perilaku adaptif
|
Itu
adalah pertama kali anda sanggup membela diri dihadapan atasan anda dan hal
tersebut terjadi dengan baik. Saya sangat senang anda dapat melakukannya
|
Dukungan
terhadap mekanisme pertahanan klien
|
Mendukung
penggunaan mekanisme pertahanan yang yang adaptif yang memberinya kepuasan
serta tidak mendukung mekanisme pertahanan yang maladaptif
|
Bila
anda merasa sangat marah/kesal. dengan mengendarai sepeda biasanya dapat
mengurangi rasa marah sehingga bila kembali ke rumah anda dapat menyelesaikan
masalah dengan istri anda dengan tenang
|
D.
IMPLEMENTASI
1. Bentuk hubungan dengan mendengarkan
secara aktif dan menggunakan respon empati.
2. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi
krisis dengan jelas, dan bantu kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.
3. Dukung kelebihan klien dan penggunaan
tindakan koping.
4. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
5. Lakukan intervensi untuk mencegah
rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
a)
Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya
kekerasan terhadap diri sendiri.(mis ; klien secara langsung mengatakan akan
melakukan bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau
orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi)
b)
Lakukan
pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
c)
singkirkan
semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien
d)
Kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah hospitalisasi perlu
dilakukan atau tidak.
E.
Implementasi untuk klien yang marah atau melakukan kekerasan
1. Lakukan intervensi dini untuk mencegah klien
melakukan kekerasan terhadap orang lain.
a) Kenali tanda-tanda verbal adanya
peningkatan rasa marah (mis; berteriak, berbicara cepat, menuntut perhatian,
pernyataan-pernyataan agresif).
b) Kenali tanda-tanda non verbal adanya
peningkatan rasa marah (mis; rahang dikencangkan, postur tubuh menegang, tangan
dikepalkan, berjalan mondar-mandir).
2. Lakukan beberap tindakan untuk
mengurangi kemarahan klien.
a) Jawab pertanyaan dan tuntutan klien
dengan informasi faktual dan sikap yang mendukung serta meyakinkan.
b) Berikan respon terhadap ansietas, marah
dan frustasi yang dirasakannya. Sebagai contoh : Perawat dapat mengatakan
”Tampaknya Anda merasa frustasi karena tidak dapat pulang ke rumah sesuai
keinginan Anda.”]
c) Biarkan klien mengeluarkan kemarahannya
secara verbal, tunjukan bahwa perawat menerima kemarahan ayng diperlihatkannya.
d) Jangan membela atau membenarkan perilaku
anda sendiri ataupun perilaku orang lain. (mis., anggota tim pengobatan,
kebijakan Rumah Sakit).
e) Pantau bahasa tubuh anda sendiri,
gunakan postur yang rileks dengan kedua tangan bergantung santai disamping
tubuh.
f) Berikan kontrol pada klien terhadap
situasi masalah dengan menawarkan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah.
3. Berespons terhadap perilaku klien
a) Lindungi diri anda sendirindengan
berdiri diantara klien dan pintu keluar sehingga memungkinkan anda mudah untuk
melarikan diri.
b) Lindungi orang lain dengan
menginstruksikan mereka untuk meninggalkan tempat.
c) Ikuti protokol lembaga, gunakan kode
khusus untuk menghadapi kekerasan jika ada.
4. Gunakan prinsip-prinsip penatalaksanaan
kode kekerasan bila diperlukan (mis., bila klien mengancam akan melukai, klien
yang lain atau anggota staf atau jika klien melempar barang-barang atau merusak
perabotan).
a) Pastikan untuk dilakukannya unjuk
kekuatan (minimal lima staf).
b) Tugaskan satu anggota tim sebagai ketua,
yang akan berinteraksi dengan klien dan arahkan respons tim.
c) Bila diperlukan restrain fisik, ketua
tim akan memutuskan siapa yang akan memegang kaki dan tangan, dan siapa yang
akan memegang kepala (agar tidak digigit).
d) Tim bertindak sebagai satu kesatuan dan
melakukan penaklukan yang lancardan tenang.
e) Lakukan latihan dimana jika
teknik-teknik ini dilakukan dapat memastikan keamanan dan menghindarkan klien
dan staf dari cedera.`
F. EVALUASI HASIL
Perawat menggunakan kriteria hasil
yang spesifik dalam menentukan efektifitas implementasi keperawatan. Keselamatan
klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari
intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali. Klien
mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama
krisis. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi
krisis. klien memilih berbagai pilihan solusi. Klien kembali ke keadaan sebelum
krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Yosep,iyus.2009. KEPERAWATAN JIWA.PT.refika aditama:
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar