Selasa, 04 September 2012

Askep Intervensi krisis


INTERVENSI KISIS

I.                   PENGERTIAN
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.  Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah
(koping) yang biasa digunakan.
            Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukan menyebabkan peningkatan ansietas. Konsep krisis sering diasosiasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan biasanya tidak berkaitan dengan sakit, di sisi lain konsep stress sring dihubunkan dengan konotasi negative atau resiko tinggi untuk sakit (Rapoport dalam Antai Otong,1995)  
Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa dengan focus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh dari stress (Caplain dan Ontong,1995), hal ini dilaksanakan dengan kerja sama lintas sektoral dan interdisiplin dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental.
Menurut Psychoanalytical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons dan maladaptive usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik-konflik masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah dewasanya.
Pertimbangan Umum
1.      krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain
2.      Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus pertumbuhan dan pembelajaran.
3.      Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi dengan satu atau lain cara dalam periode yang singkat (4 sampai 6 minggu). Penyelesaian krisis dapat dikatakan berhasil bila fungsi kembali pulih atau ditingkatkan melalui pembelajaran baru. Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali pulih ke tingkat sebelum krisis, dan individu mengalami penurunan tingkat fungsional.
4.      Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat menentukan krisis. Setiap individu memiliki respons yang unik terhadap masalah yang dialaminya.
5.      Faktor penyeimbang merupakan hal yang penting dalam memprediksi hasil dari respons individu terhadap krisis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai prediktor hasil yang baik (Aguilera, 1998).
- Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.
- Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut.
- Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.
Caplain menjelaskan tentang 3 (tiga) criteria agar seseorang mampu kembali pada keadaan adaptif dari krisis:
  1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi.
  2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
  3. Kemampuan untuk memelihara reality testig dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.
4.               Kualitas dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan 1961) :
1. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta    mempertahankan keseimbangan.
2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan problem.
3. Kemampuan untuk mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan social.

Krisis terjadi melalui empat fase :
Fase I   : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untuk menggunakan     koping yang biasa dipakai.
Fase II    : Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal.
Fase III  : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang lain.
Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan adanya disorganisasi    psikologis.

 TIPE – TIPE KRISIS
1.Krisis.Maturasi
           Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
            Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.
2. Krisis Situasi
            Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan di luar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai,kegagalan,disekolah.

3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
            Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.


II. PENYEBAB
a.          Factor predisposisi
-     keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada fase-fase tumbuh kembang akan mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu mengalami krisis yang lazim di sebut krisis maturasi.
-         Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmind Freund dari faese oral, anal, falik, dan pubertas.
-    Krisis maturasi terjadi dalam suatu periode tramsisi yang dapat menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia.
-    Krisis maturasi memerlukan peruahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaa orang lain terhadap peran baru..
b.                     Factor Presipitasi
1.      Mengidentifikasi fator pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya:
-          Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim di sebut krisis situasi
-          Kehilangan biopsikososial, seperti: kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat, dsb.
-          Kehilangan milik pribadi misalnya: kehilangan harta benda, rumah kena gusur,dsb.
-          Ancaman kehilangan misalnya: anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup.
2.      Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
-          Apa/arti makna kejadian terhadap hidup
-          Pengaruh kejadian terhadap masa depan
-          Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic
3.    Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung
Meliputi keluarga, sahabat, dan orang penting bagi klienyang mungkin dapat membantu:
-          Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
-          Apakah punya teman tempat mengeluh
-          Apakah bias menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga.
-          Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan.
-          Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yan hilang
4.      Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu termasuk startegi koping yang berhasil dan tidak berhasil
-          Apakah yang bisa dilakukan dalam memgatasi masalah yang dihadapi.
-          Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut.
-          Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi maslah sekarang.
-          Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk mengatasi ketegangan,
-          Apakah mencetuskan perassannya dengan menangis.
c.                   Mekanisme koping
Mekanisme koping menggambarkan upaya klien untuk mengatasi ansietas yang di timbulkan oleh penyakit fisik. Ada 4 mekanisme koping yang sering di gunakan klien yaitu : pengingkaran, regresi, represi dan kompensasi. Klien cenderung menggunakan koping yang berarti banginya termasuk mencari informasi, menyendiri atau melakukan hobinya.
d.                     Perilaku
Berapa gejala yang sering ditunjukan oleh individu dalam keadaan krisis:
1.         Perassan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri/ orang lain
2.         Perasaan di asingkan
3.         Kadang- kadangmenunjukan gejala somatic
e.                      Rentang Respons
            Manusia adalah mahluk yang paling unik dan utuh yang terdiri dari: bio-psikososial-spiritual.dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada dalam keadaan seimbang. Dalam kehidupan, sepanjang periode tumbuh kembang individu akan menghadapi kejadian yang menegangkan, untuk ini individu akan berespons. Respons individu tersebut dapat dipelajari dalam konsep stress dan adaptasi. Konsep tersebut dalam respons adaptif  dan maladaptive. Apabila individu tidak siap menghadapi kejadian yang menegangakan disebabkan: persepsi individu terhadap kejadian yang menyimpang, dukungan situasi yang kurang, mekanisme koping yang dimiliki individu tidak sehat, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang, kondisi ini dinamakan individu dalam kondisi krisis. Pada bagan berikut dapat dipelajari lebih lanjut:
SKEMA I: POSES TERJADINYA KRISIS
 







A.              Faktor pengimbang yg ada                                         B. Tidak ada satu atau 
Lebih faktor pengimbang        
Berpikir realistik terhadap  peristiwa



peristiwa
 
Persepsi menyimpang terhadap peristiwa
 
 

DDDDDDDD
Tidak ada krisis



peristiwa
 
krisis



peristiwa
 
 








Konsep homeostatis erat sekali kaitannya dengan krisis , untuk sampai pada situasi krisis ada 3 (tiga) komponen penting yang berkaitan yaitu: persepsi terhadap stressor, sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan dan koping yang digunakan. Pada saat seseorang menghadapi kematian orang tuanya mungkin ia bisa mempersepsikan secara positif atau negative. Persepsi yang positif misalnya: “ semua orang akan meninggal, kini saatnya saya menjadi anak yang saleh…”, persepsi yang negative misalnya: “ sejak oan tua saya meninggal saya sangat menderita, tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hati, tak ada tempat mengadu, kesulitan ekonomi dan kesepian, ini memang ujian yang sangat berat bagi saya ..”. sumber support   bisa berupa saudara yang baik, kendaraan, tabungan, buku-buku, kegiatan ceramah yang biasa diikuti, teman curhat , pendidikan, pelatihan, dsb. Koping bias berupa denial, kompensasi, regresi, sublimasi, supresi, proyeksi, dsb










ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRISIS

A. PENGKAJIAN
  1. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
  2. Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien.
  3. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.
  4. Identifikasi kelebihan klien
  • Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang terjadi (realistik atau terdistorsi)
  • Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas apa yang terjadi.
  • Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang biasanya? = Gejala fisik, prilaku
  • Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang digunakan
  • Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan individu atas kelebihannya
  • Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda? = Sistem pendukung dalam hidup Anda
·         Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Analisis
a)                Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya.
b)                Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi, sosial dan lingkungan klien.
c)               Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan kerja sosial, dan masyarakat.
2. Diagnosis Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga, masyarakart, atau gabungan dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang berikut ini :
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
c. Koping komunitas tidak efektif
d. Koping individu tidak efektif
e. Penyangkalan tidak efektif
f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g. Disfungsi berduka
h. Respon pasca trauma
i. Ketidakberdayaan
j. Sindrom trauma perkosaan
k. Perubahan kinerja peran
l. Distres spiritual
m. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
C. PERENCANAAN DAN IDENTIFIKASI HASIL
1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis.
2.Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan :
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk

TEKNIK INTERVENSI KRISIS
Teknik
definisi
Contoh
Ventilasi (pengungkapan perasaan)
Ventilasi perasaan yang dilakukan secara verbal saat klien menceritakan kembali tentang hal yang membangkitkan emosi
Mengijinkan klien untuk menangis dengan melihat segi positif dari pelepasan emosi. Mengajukan pertannyaan terbuka untuk mendorong klien mengungkapkan perasaannya, misal: ceritakan kepada saya perasaan anda sejak anda kehilangan pekerjaan.
klarifikasi
Membantu kien mengungkapkan perasaannya akan memperjelas hubungan dgn kejadian yang terjadi di dalam hidupnya
Saya perhatikan bahwa setelah anda berdebat dengan suami, anda menjadi sakit dan tidak dapat turun dari tempat tidur, apakah memang demikian?
saran
Suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau menerima ide-ide / keyakinan bahwa perawat dapat membantu mereka untuk memecahkan masalahnya
Banyak orang lain menemukan bahwa, bicara dengan orang lain sangat menolong mengatasi masalahnya, dan saya pikir andapun bisa.
manipulasi
Memanfaatkan emosi, keinginan serta nilai-nilai klien untuk proses terapi.

Tampaknya anda berhasil dalam pernikahan anda, dan saya pikir anda dapat mengatasi masalah ini serta mempunyai hubungan yang lebuh erat lagi
Menguatkan perilaku
Member klien respon yang positif  terhadap perilaku adaptif
Itu adalah pertama kali anda sanggup membela diri dihadapan atasan anda dan hal tersebut terjadi dengan baik. Saya sangat senang anda dapat melakukannya
Dukungan terhadap mekanisme pertahanan klien
Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang yang adaptif yang memberinya kepuasan serta tidak mendukung mekanisme pertahanan yang maladaptif
Bila anda merasa sangat marah/kesal. dengan mengendarai sepeda biasanya dapat mengurangi rasa marah sehingga bila kembali ke rumah anda dapat menyelesaikan masalah dengan istri anda dengan tenang

D. IMPLEMENTASI
1.   Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan respon empati.
2.    Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.
3.   Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
4.    Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
5.   Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
a)          Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.(mis ; klien secara langsung mengatakan akan melakukan bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi)
b)         Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
c)         singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien
d)        Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.
E. Implementasi untuk klien yang marah atau melakukan kekerasan
1.    Lakukan intervensi dini untuk mencegah klien melakukan kekerasan terhadap orang lain.
a)   Kenali tanda-tanda verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; berteriak, berbicara cepat, menuntut perhatian, pernyataan-pernyataan agresif).
b)   Kenali tanda-tanda non verbal adanya peningkatan rasa marah (mis; rahang dikencangkan, postur tubuh menegang, tangan dikepalkan, berjalan mondar-mandir).
2.   Lakukan beberap tindakan untuk mengurangi kemarahan klien.
a)   Jawab pertanyaan dan tuntutan klien dengan informasi faktual dan sikap yang mendukung serta meyakinkan.
b)   Berikan respon terhadap ansietas, marah dan frustasi yang dirasakannya. Sebagai contoh : Perawat dapat mengatakan ”Tampaknya Anda merasa frustasi karena tidak dapat pulang ke rumah sesuai keinginan Anda.”]
c)   Biarkan klien mengeluarkan kemarahannya secara verbal, tunjukan bahwa perawat menerima kemarahan ayng diperlihatkannya.
d)  Jangan membela atau membenarkan perilaku anda sendiri ataupun perilaku orang lain. (mis., anggota tim pengobatan, kebijakan Rumah Sakit).
e)   Pantau bahasa tubuh anda sendiri, gunakan postur yang rileks dengan kedua tangan bergantung santai disamping tubuh.
f)    Berikan kontrol pada klien terhadap situasi masalah dengan menawarkan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah.
3.   Berespons terhadap perilaku klien
a)   Lindungi diri anda sendirindengan berdiri diantara klien dan pintu keluar sehingga memungkinkan anda mudah untuk melarikan diri.
b)   Lindungi orang lain dengan menginstruksikan mereka untuk meninggalkan tempat.
c)   Ikuti protokol lembaga, gunakan kode khusus untuk menghadapi kekerasan jika ada.
4.   Gunakan prinsip-prinsip penatalaksanaan kode kekerasan bila diperlukan (mis., bila klien mengancam akan melukai, klien yang lain atau anggota staf atau jika klien melempar barang-barang atau merusak perabotan).
a)   Pastikan untuk dilakukannya unjuk kekuatan (minimal lima staf).
b)   Tugaskan satu anggota tim sebagai ketua, yang akan berinteraksi dengan klien dan arahkan respons tim.
c)   Bila diperlukan restrain fisik, ketua tim akan memutuskan siapa yang akan memegang kaki dan tangan, dan siapa yang akan memegang kepala (agar tidak digigit).
d)  Tim bertindak sebagai satu kesatuan dan melakukan penaklukan yang lancardan tenang.
e)   Lakukan latihan dimana jika teknik-teknik ini dilakukan dapat memastikan keamanan dan menghindarkan klien dan staf dari cedera.`
F. EVALUASI HASIL
        
            Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas implementasi keperawatan. Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali. Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama krisis. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis. klien memilih berbagai pilihan solusi. Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.













DAFTAR PUSTAKA

Yosep,iyus.2009. KEPERAWATAN JIWA.PT.refika aditama: Bandung


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar